Yahudi atau Israel?
Umat
Islam sangat kurang memahami musuhnya. Bahkan namanya saja, masih dibingungkan.
Masih banyak yang menyebut mereka sebagai Israel. Padahal sangat berbeda antara
Yahudi dan Israel. Israel atau Bani Israil bermakna anak-cucu (keturunan) Nabi
Yakqub as. Karena Israel bermakna “Hamba Allah swt.”, yang merupakan gelar Nabi
Yakqub as. Orang-orang Yahudi sangat senang dengan sebutan ini. Karena dengan
demikian mereka adalah pewaris kenabian; mereka juga merupakan bangsa pilihan,
sesuai dengan firman Allah swt.: “Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku
yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah
melebihkan kamu atas segala umat.” [Al-Baqarah: 47]. Mereka pun
akhirnya berhak dengan tanah yang dijanjikan Allah swt.
Sedangkan
Yahudi adalah nama yang digunakan Allah swt. untuk menyebut mereka yang hidup
setelah diutusnya Rasulullah saw., dan tidak mau beriman dengan risalah yang
dibawanya. Kata yang senada dengan nama tersebut adalah (الذين هادوا), (الذين قالوا
إنا هدنا إليك), dan (هود). Al-Qur’an yang turun pada fase Madinah, menggunakan
kata-kata ini untuk menyebut mereka.
Sebaiknya
kita tidak menggunakan kata Israel atau Bani Israil untuk menyebut mereka.
Apalagi dalam demo-demo yang melaknat mereka. Karena kata Bani Israil masih bisa
meliputi para nabi dan orang-orang shalih dari kalangan keturunan Nabi Yakqub.
Misalnya Nabi Yusuf, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakaria, Nabi Yahya, Nabi
Isa, dan sebagainya. Mereka semua adalah Bani Israil, dan bukan Yahudi. Allah
swt. berfirman: “Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani)
mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakqub dan anak cucunya, adalah
penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: “Apakah kamu yang lebih
mengetahui ataukah Allah?” [Al-Baqarah; 140].
Sedangkan
segelintir dari kalangan mereka yang mau beriman dan mengikuti Rasulullah saw.
masih bisa dipanggil dengan sebutan Bani Israil. Sehingga ada istilah israiliyyat,
yaitu kisah-kisah yang diriwayatkan oleh kalangan Bani Israil yang masuk Islam.
Yahudi dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an
menceritakan kisah Yahudi dengan sangat detail dan panjang, yaitu ketika
bercerita tentang mereka bersama Nabi Ya’qub, Yusuf, Musa, Harun, Daud,
Sulaiman, Zakaria, Yahya, dan Isa. Sehingga kisah mereka demikian panjang dan
detail. Berbeda dengan kisah-kisah kaum yang lain. Ketika masa Nabi Muhammad
saw., beliau mulai berhadapan dengan mereka setelah hijrah ke Madinah. Saat itu
ada beberapa suku Yahudi yang tinggal di sekitar Madinah, yaitu Bani Qainuqa’,
Bani Nadhir, dan Khaibar. Hal tersebut juga diceritakan dalam Al-Qur’an.
Dalam
Al-Qur’an juga terdapat surat yang dinamakan dengan nama mereka, surat Bani
Israil. Ada juga surat yang dinamakan dengan salah satu kisah mereka, surat
Al-Baqarah (kisah mereka diperintahkan untuk menyembelih sapi).
Seluruh
kisah tersebut tersebar dalam surat-surat Al-Qur’an. Di samping ada surat-surat
tertentu yang membahas mereka. Sehingga seorang muslim yang membaca Al-Qur’an
satu juz, atau setengah juz, atau seperempat juz, setiap hari, dia pasti akan
bertemu dengan salah satu kisah mereka. Ini mengisyaratkan bahwa setiap muslim
harus mempelajari detail Yahudi secara intensif. Bahkan setiap hari, seperti
disiratkan dengan wirid harian Al-Qur’an di atas.
Kisah
mereka yang tertulis dari awal hingga akhir Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa
permusuhan antara umat Islam dan Yahudi akan berlangsung hingga hari kiamat.
Bahkan Rasulullah saw. menyebutkan bahwa berhentinya permusuhan tersebut dengan
kemenangan umat Islam menandakan segera datangnya hari Kiamat. Rasulullah saw. bersabda: “Kiamat
tidak akan datang sebelum kalian memerangi Yahudi. Hingga bebatuan pun akan berkata, ‘Wahai
Muslim, di belakangku ada seorang Yahudi, kemarilah, bunuh dia.’” [HR.
Bukhari].
Jadi, bisakah kita
mengharapkan perdamaian dengan mereka?
Lain Dulu Lain
Sekarang?
Ada
sebagian kalangan yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi jaman sekarang
berbeda dengan mereka yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Orang-orang
Yahudi menyadari diri mereka telah habis ditelanjangi dalam Al-Qur’an, sehingga
mereka pun menyebarkan persepsi ini.
Kalau
Yahudi jaman Rasulullah saw. sama dengan Yahudi jaman Nabi Musa as. yang
berselisih waktu puluhan abad, maka Yahudi jaman sekarang pun akan tetap sama.
Dalam sejarah modern pun, diketahi bahwa sifat-sifat mereka sangat dibenci oleh
negara-negara tempat mereka berada, sehingga mereka pun misalnya dibantai dan
diusir dari Eropa.
Walaupun
mereka membenci seluruh bangsa yang berlainan ras, ada kebencian khusus mereka
kepada umat Islam. Hal itu disebabkan sifat kedengkian mereka bahwa nabi
terakhir yang mereka tunggu-tunggu ternyata tidak berasal dari garis keturunan
mereka, Nabi Yakqub as., tapi berasal dari saudaranya yang berlainan ibu, Nabi
Ismail as. Kedengkian ini tidak akan pernah sembuh karena semakin besar umat Islam,
akan semakin dengki mereka kepada umat Islam. Sehingga wajarlah kalau ada
sumber sirah nabawiyah yang menyebutkan bahwa Yahudi yang
beriman kepada Rasulullah saw. hanya berjumlah 15 orang. Berbeda dengan
orang-orang musyrikin yang berjumlah ratusan ribu.
0 komentar:
Posting Komentar